BERSAMA SULTAN HAMENGKU BUWONO X


Ke Yogyakarta, pada hari Senin, 7 Mei dan Selasa, 8 Mei 2012, merupakan keistimewaan tersendiri bagi kehidupan saya.  Pada tanggal 7 Mei 2012 saya bertatap muka langsung dengan Sri Sultan Hamengku Buwono X di Kraton dan tanggal 8 Mei 2012 bertatap muka dengan Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Pembayun yang sangat aktif di berbagai kegiatan sosial.


           Bicara Kesultanan memang kita berbicara mengenai sejarah kerajaan-kerajaan masa lalu yang pernah ada di Indonesia. Tetapi berbicara mengenai Kesultanan Yogyakarta jauh berbeda dengan  sejarah kerajaan kerajaan lain. Kita sudah mengetahui bahwa  peranan Sultan Hamengku Buwono IX, ayah Sultan sekarang,  tidak dapat dilepaskan dari berdirinya sejarah Republik Indonesia.Komitmen ayah Hamengku Buwono X ini terekam dari dukungan Kesultanan Yogyakarta kepada Bung Karno dan Hatta untuk mendukung kemerdekaan RI sehari setelah Proklamasi.

            Belum lagi peranan Sultan waktu itu yang menyediakan Yogyakarta sebagai Ibukota RI setelah Jakarta diserang habis habisan oleh pihak Belanda dalam Agresi II. Di bidang pendidikan sebagai pendiri Universitas Gajah Mada (UGM). Saat diresmikannya pembentukan Balai Perguruan Tinggi UGM pada 3 Maret 1946, Sultan HB IX dan Ki Hajar Dewantara menjabat sebagai Presiden dan Wakil Presiden Kurator Balai Perguruan Tinggi UGM.

             Tidak dapat dipungkiri, aktivitas perkuliahan pada waktu itu dilaksanakan di Sitihinggil dan Pagelaran Kraton serta gedung lainnya di sekitar kraton. Tetapi sempat berhenti saat terjadi Agresi Militer Belanda. Perkuliahan baru dimulai kembali setelah persetujuan Roem Royen. Sultan HB IX juga adalah juga penggagas sekaligus pelaksana penggabungan pendidikan tinggi yang tersebar di berbagai wilayah di Klaten, Surakarta, maupun yang ada di Yogyakarta menjadi satu perguruan tinggi yaitu Universitas Gadjah Mada yang berada di bawah Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan.

            Peran sultan HB IX dalam pendirian UGM sangat besar,  baik secara historis, sosiologis, politik, kultural, idenasional-ideologis, faktual, material-fisikal maupun spasial-lokasional.

             Yang menarik adalah Sultan Hamengku Buwono IX selain sebagai seorang Sultan yang pernah memimpin di Kasultanan Yogyakarta (1940-1988), Wakil Presiden RI kedua, 1973-1978, Bapak Pramuka Indonesia, ia adalah juga dan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta yang pertama setelah kemerdekaan Indonesia. Jejak beliau ini diikuti Sultan Hamengku Buwono X sekarang ini. Sultan Hamengku Buwano IX tercatat sebagai Gubernur terlama yang menjabat di Indonesia antara 1945-1988 dan Raja Kesultanan Yogyakarta terlama antara 1940-1988

            Selasa, 8 Mei 2012, saya berkesempatan juga bertatap muka dengan GRAy Nurmalita Sari atau yang sering disebut Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Pembayun, puteri tertua Sultan Hamengku Buwono X. Pembayun menjabat Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta periode 2012-2015 yang terpilih dalam Musyawarah Daerah ke-11 organisasi kepemudaan tersebut yang digelar di Yogyakarta.

                Kesan sementara saya sebelum menulis pemikiran-pemikiran seorang ayah dan anak ini dalam sebuah majalah, adalah sederhana dan bersahaja, tidak  berbeda jauh dari situasi Keraton Yogyakarta yang juga sederhana, tenang, sejuk,  sekaligus ikut mewarnai rakyatnya yang berada di luar Kraton.

Komentar